Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Banten

a. Kehidupan Sosial

Pemerintahan Banten di Jawa Barat menggunakan aturan dan hukum Islam, sehingga kehidupan masyarakatnya hidup secara teratur. Banyak orang India, Arab, Cina, Melayu dan Jawa yang menetap di Banten. Mereka berkumpul dan membuat perkampungan sesuai dengan nama asalnya, misalnya Pekojan (perkampungan orang Arab), Pecinan (perkampungan orang Cina), Kampung Melayu, Kampung Jawa dan sebagainya. Di Banten terdapat orang keturunan Madura. Mereka adalah pelarian dari Madura yang meminta perlindungan ke Banten karena tidak mau tunduk kepada Mataram.

Selama Hasanuddin berkuasa, Banten mengalami perkembangan yang pesat. Banten menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa. Pada masa inilah Banten melepaskan diri dari Demak, menjadi kerajaan merdeka. Maka dari tu, Hasanuddin lalu dianggap sebagai pendiri dan raja pertama Banten. Kekuasannya meliputi daerah Priangan (Jawa bagian barat), Lampung, hingga Sumatera Selatan. Di bawah pemerintahannya Banten berkembang pesat dan banyak dikunjungi pedagang-pedagang asing dari Gujarat, Persia, Cina, Usmani, Pegu (Myanmar), dan Keling.

Hasanuddin mempelopori pembangunan Istana Surosowan. Yang masih tersisa sekarang hanyalah benteng yang mengelilingi wilayah seluas 4 ha dan berbentuk presegi panjang. Ketinggian tembok benteng ini berkisah antara 0,5 hingga 2 meter dengan lebar sekitar 5 meter. Dahulu benteng ini dikelilingi parit pertahanan. Tembok benteng dan gerbangnya ini dibangun pada masa Maulana Yusuf. Bagian yang tersisa dari istana ini selain benteng, adalah tempat pemandian, kolam, dan taman.

Sementara itu, para sultan Banten bertempat tinggal di Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya. Kaibon ini berlokasi tak jauh dari Surosowan. Sayang, pada tahun 1832 keraton ini dibongkar oleh Belanda. Selain keraton, di Banten pun terdapat Benteng Speelwijk yang direbut dari VOC oleh pasukan Banten ketika terjadi peperangan antarkedua pihak tersebut. Istana atau keraton Surosowan ini berdekatan dengan Masjid Agung Banten. Di serambi kiri masjid ini terdapat makam sejumlah raja Banten beserta keluaraganya, di antaranya Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Haji. Sedangkan di serambi sebelah kanan terdapat makam Maulana Muhammad. Di halaman masjid ini terletak gedung Tiamah. Tiamah ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang menjadi muslim, Hendrik Lucasz Cardeel, yang diberi gelar Pangeran Wiraguna. Tempat ini digunakan oeh para ulama untuk tempat diskusi keagamaan.

Tak jauh dari Keraton Surosowan ini terdapat kelenteng Cina kuno. Kelenteng ini dibangun ketika pemerintahan awal Sultan Banten. Ini merupakan bukti bahwa ketika itu telah terjalin toleransi antara orang Banten dengan etnis Cina. Selain Masjid Agung, di Banten pun terdapat satu masjid lagi yang tak kalah bersejarahnya. Masjid Kasunyatan namanya. Usianya bahkan lebih tua dari Masjid Agung. Salah satu pemimpin Masjid Kasunyatan ini adalah Kyai Dukuh, guru Maulana Yusuf, raja Banten kedua.

b. Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Banten berada pada posisi yang strategis dalam perdagangan internasional. Berkuasanya Portugis di Malaka mendorong Banten untuk membuat pelabuhan di tepi Selat Sunda dan Teluk Banten, pelabuhan ini dipakai untuk ekspor lada yang akan dikirim ke luar negeri. Untuk menambah ekspor lada, Maulana Yusuf melakukan penaklukan ke Lampung. Dengan ditaklukkannya Lampung sebagai penghasil lada terbesar mampu meningkatkan ekspor ke luar negeri dan meningkatkan perekonomian.

Related Posts