Pengertian Downtime

Downtime adalah periode ketika suatu sistem tidak tersedia. Downtime mungkin berlaku untuk komputer atau jaringan apa pun, tetapi paling umum digunakan dalam referensi ke server. Secara khusus, keandalan server web sering diukur dalam hal waktu henti atau downtime, di mana sedikit atau tidak ada waktu henti ideal.

Ada beberapa alasan mengapa server mengalami downtime:

  • Server reboot – Restart server mungkin memerlukan beberapa menit downtime karena sistem harus dimatikan, reboot, kemudian restart proses yang diperlukan untuk menanggapi permintaan yang masuk.
  • Restart perangkat lunak – Memulai ulang suatu proses, seperti Apache di server web, dapat menyebabkan beberapa detik waktu berhenti saat proses memulai ulang.
  • Putus jaringan – Jika server secara fisik terputus dari jaringan, itu tidak akan dapat dijangkau oleh sistem di jaringan.
  • Pemadaman jaringan – Jika ada bagian dari jaringan (termasuk Internet) tidak berfungsi antara server dan klien, klien tidak akan dapat berkomunikasi dengan server.
  • Kelebihan lalu lintas – Jika server menerima lebih banyak lalu lintas daripada yang bisa ditangani, server tidak akan dapat menanggapi semua permintaan. Pengguna dapat mengalami downtime hingga lalu lintas berkurang. Ini mungkin disebabkan oleh lonjakan lalu lintas atau serangan DDoS.
  • Kegagalan perangkat keras – Jika komponen perangkat keras yang penting, seperti HDD atau SSD gagal, ini dapat menyebabkan server berhenti berfungsi.
  • Kegagalan perangkat lunak – Jika suatu proses pada server, seperti layanan httpd (HTTP) berhenti berjalan, itu akan menyebabkan server menjadi tidak responsif terhadap permintaan sampai proses dimulai kembali.
  • Pemadaman listrik – Jika daya listrik padam dan tidak ada daya cadangan yang tersedia (misalnya, generator atau UPS), setiap sistem yang terkena dampak akan offline hingga daya pulih.
  • Serangan peretas – Jika peretas mendapatkan kendali atas server, ia dapat mencegah akses ke layanan yang diperlukan, menyebabkan server berhenti merespons.

Untuk meminimalkan downtime, administrator server harus menerapkan langkah-langkah keamanan dan redundansi yang kuat. Keamanan jaringan membantu melindungi terhadap aktivitas jahat, seperti login tidak sah dan serangan DDoS. Redundansi, seperti sistem penyimpanan RAID dan generator daya cadangan, membantu mencegah downtime karena kegagalan perangkat keras. Dalam beberapa kasus, beberapa server dapat dikonfigurasi sehingga server sekunder dapat mengambil alih jika server utama gagal.

Sementara admin server mencoba meminimalkan downtime sebanyak mungkin, terkadang downtime tidak dapat dihindari. Misalnya, ketika melakukan migrasi server, diperlukan beberapa menit atau bahkan beberapa jam downtime. Jenis “waktu henti yang direncanakan” ini biasanya dijadwalkan pada jam-jam awal pagi atau akhir pekan ketika tingkat lalu lintas terendah.

Related Posts