Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam

Pada kesempatan ini kembali saya mengulas tentang salah satu kerajaan Islam di Indonesia, yang mana kerajaan Islam tersebut adalah Kesultanan Aceh Darussalam. Kerajaan atau Kesultanan ini didirikan oleh Sultan Ibrahim atau Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1514 sampai 1528.

Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam

Sejarah kerajaan Aceh Darussalam yang merupakan salah satu kerajaan Islam di Indonesia. Pada mulanya, Kerajaan Aceh Darussalam merupakan daerah taklukan dari kerajaan Pedir. Kerajaan Darussalam itu mulai melakukan perkembangan pesat ketiaka malaka telah jatuh di tangan Portugis pada tahun 1511. Sesudah malaka Jatu mengalami runtuh karena Portugis, maka para pedagang muslim kemudian beralih berdagang dari Malaka ke Bandar Laut Aceh Darussalam. Maka dengan demikian akan membuat Kerajaan Aceh Darussalam mulai melakukan perkembangan yang pesat dan mampu melepaskan diri dari kerajaan Pedir di tahun 1520.

  • Kehidupan Politik Kerajaan Aceh Darussalam.

Sultan pertama yang telah memerintah dan sekaligus menjadi sebagai pendiri dari kerajaan Aceh Darussalam ialah Sultan Ibrahim atau Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1514 sampai 1528. Kerajaan Aceh Darussalam itu berusaha dalam memperluas pengaruh dengan mulai merebut beberapa daerah yang ada disekitarnya. Di tahun 1524, Samudra Pasai dan Pedir mulai ditaklukkan. Sesudah Sultan Ali Mughayat Syah akhirnya wafat maka tahta kerajaan Aceh Darussalam secara berturut-turut mulai digantikan oleh Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar pada tahun 1537 sampai 1571, selanjutnya Sultan Alaudin Mansur Syah pada tahun 1571 sampai di tahun 1585, Kemudian dipimpin oleh Sultan Alaudin Ri’ayat Syah Ibn Sultan Munawar Syah yang telah memerintah sampai pada tahun 1588, dan Sultan Alaudin Riayat Syah Ibn Firman Syah. Di masa kepemerintahan Sultan Alaudi Riayat Syah Ibn Firman Syah, orang inggris dan belanda kemudian diterima dengan baik sebagai suatu mitra perdagangan lada. Sesudah Sultan Alaudin Riayat Syah Ibn Firman Syah akhirnya wafat, maka sultan yang akan memerintah selanjutnya ialah Sultan Muda dengan lama sampai pada tahun 1607. Kemudian, tahta selanjutnya diambil alih oleh Sultan Iskandar Muda yang sudah lama memerintah selama 29 tahun yaitu dari tahun 1607 sampai pada tahun 1636.

Sejak di bawah kepemimpinan Sultan ALi Mughayat Syah, Aceh Darussalam sudah berusaha dalam merebut Malaka dari Portugis. Telah beberapa kali serangan dilakukan oleh kerajaan Aceh Darussalam kepada Malaka. DI bawah kepemimpinan Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar, maka secara perlahan Kerajaan Darussalam mulai berkembang menjadi sebuah kerajaan yang sangat kuat. Dia mengembangkan dan mulai memperkuat angkatan perang. Kemudian, mempererat hubungan diplomatik dengan kerajaaan yang di luar negeri semisal kerajaan Islam yang berada di Timur Tengah (india dan turki). Hubungan tersebut dijalankan untuk dapat mempererat hubungan politik dan dapat memajukan hubungan perdagangan. Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar juga mengirimkan utusan kepada Konstantinopel untuk dapat meminta bantuan didalam berusaha melawan pada kekuasaan Portugis. Dengan adanya kekuatan militer yang begitu semakin besar, maka Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar sudah mulai memperluas wilayah kekuasaannya. Ada beberapa kerajaan yang ada dilingkungan Aceh sudah satu persatu ditaklukkannya, seperti Kerajaan Barat, Aru dan Babat.

Dengan adanya bantuan dari peralatan dan tentara perang yang berasal dari turki pada tahun 1537 sampai tahun 1568, tentara Aceh Darussalam akhirnya melakukan penyerangan ke Malaka dan Johar. Sesudah Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar wafat maka para penggantinya mulai meneruskan upaya-upayanya dalam memperkuat pengaruhnya dengan juga menyerang Johar dan melakukan hubungan persahabatan kepada kerajaan Islam yang ada di Jawa.Di masa bawah pemerintahan dari SUltan Iskandar Muda maka perlawanan kepada Portugis mulai digalakkan kembali. Aceh Darussalam terus berusaha dalam menguasai kebali daerah-daerah yang sudah direbut oleh Portugis. Dimasa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda maka kerajaan Aceh Darussalam mulai mengalami puncak kejayaan. Ditahun 1636, Sultan Iskandar Muda akhirnya meninggal, selanjutnya Tahta kerajaan Aceh Darussalam selanjutnya diambil oleh Iskandar Thani yang mulai berkuasa di tahun 1636 sampai pada tahun 1641. Dimasa kepemimpinan Sultan Iskanadr Thani, daerah-daerah kekuasaan yang jaraknya jauh dari pemerintahan pusat ternyata banyak yang ingin berusaha dalam melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam.

  • Kehidupan Ekonomi.

Letak kerajaan Aceh Darussalam sangat strategis sehingga mneyebabkan perdagangannya meningkat pesat. Pada bidang perdagangan yang maju tersebut telah menjadikan Aceh Darussalam semakin makmur. Setelah bisa menaklukkan pedir yang kaya dengan lada putih maka Aceh Darussalam semakin bertambah makmur. Dengan adanya kekayaan yang sangat melimpah maka Aceh Darussalam berusaha untuk mampu membangun kekuatan persenjataan yang kuat. Adapun sumber pemasukan yang utama dari Kerajaan Aceh Darussalam adalah emas dan Lada.kemudian untuk mata Pencaharian yang utama pada penduduk Aceh Darussalam yaitu di bidang perdagangan, terutama pada perdagangan emas dan lada. Selain melakukan perdagangan maka rakyat Aceh Darussalam juga mulai menggantungkan diri di sektor pertanian dan kelautan.

  • Kehidupan Sosial dan Budaya

Pada kebudayaan masyarakat dari kerajaan Aceh Darussalam juga semakin bertambah meningkat disebabkan adanya hubungan dengan bangsa-bangsa yang lainnya. kemajuan tersebut telah terbukti dengan adanya hukum adat yang telah dilandasi oleh ajaran Islam yang dikenal sebagai Hukum Adat Makuta Alam. Berdasarkan Hukum Adat Makuta Alam bahwa pada pengangkatan Sultan itu mesti semufakat hukum dengan adat. Didalam menjalankan kekuasaan maka sultan mendapatkan pengawasan yang berasal dari Alim Ulama, kadi dan para dewan kehakiman. Mereka akan bertugas untuk memberikan peringatan untuk Sultan terkait adanya pelanggaran hukum dan adat yang sudah dilakukan.

Dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani muncullah ahli tasawuf yang begitu terkenal yakni Hamzah Fansyuri dan muridnya yang bernama Syamsuddin as Sumatrani. Mereka banyak menulit buku yang berbentuk prosa atau syair. Pada saat kepemimpinan Sultan Iskandar Thani, muncullah ahli tasawuf itu terkenal berasal dari Gujarat yaitu bernama Nurruddin ar Raniri. Adapun hasil karyanya yang sangat terkenal yaitu Bustanus Salatin yang berisikan sejarah Aceh Darussalam. Ajaran Nurrudin ar Ranirini ini bertentangan dengan ajaran dari Hamzah Fansyuri dan Syamsuddin as Samtrani. Hal tersebut telah menyebabkan adanya perpecahan di kerajaan Aceh Darussalam. Di tahun 1641, Sultan Iskandar Thani wafat, sesudah Sultan Iskandar Thani wafat, maka Aceh Darussalam akhirnya mengalami kemunduran di segala bidang.

Related Posts