Sejarah Lahirnya Agama Hindu-Budha

Sebagaimana kita ketahui diantara agama dan kepercayaan yang ada di dunia, ada agama yang bernama Hinda dan Budha. Untuk mengetahui bagaiman lahirnya agama tersebut, mari kita simak uraian di bawah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sejarah Lahirnya Agama Hindu-Budha

Lahir dan berkembangnya agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida. Oleh karena itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).

Dari peninggalan benda benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, diketahui bahwa bangsa India pada zaman dahulu telah mempunyai peradaban tinggi. Salah satu peninggalan menarik adalah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa, Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda. Pada zaman ini telah dikenal penyembahan terhadap para dewa.

Perkembangan agama Hindu di India pada hakikatnya dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu :

  1. Zaman Weda

Dimulai pada waktu kedatangan bangsa Arya di Puniab, lembah sungai Indus, sekitar tahun 2500-1500 sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida ke Daratan Tingg Dekkan. Bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, dan Siwa. Meskipun dewa jumlahnya banyak, semuanya adalah manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.

  1. Zaman Brahmana

Kekuasaan kaum brahmana sangat besar terutama dalam kehidupan keagamaan. Zaman ini ditandai dengan mulai tesusunnya “tata cara upacara” beragama yang teratur. Penyusunan tata cara ini berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat dalam Weda.

  1. Zaman Upanisad

Zaman pengembangan dan penyusunan filsafat agama. Pada zaman ini, orang berfilsafat dasar Weda dan juga muncul ajaran filsafat yang tinggi.

  1. Zaman Buddha

Dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama Sidharta, menafsirkan Weda dengan cara mengembangkan system yoga dan semadi sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan tuhan.

Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:

  • Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
  • Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
  • Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
  • Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya menguasai Gangga Hilir.

Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.

  • Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta.
  • Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara, terdiri dari raja dan keluarganya, para bangsawan, dan prajurit.
  • Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak, terdiri dari para pedagang.
  • Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak, merupakan para pekerja kasar.

Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan. Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum Paria seperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.

Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan.

Agama Buddha muncul sebagai reaksi terhadap dominasi brahmana atas ajaran dan ritual keagamaan dalam masyarakat di India. Diperkirakan agama Buddha lahir sekitar abad V sebelum masehi. Pembawa agama Buddha adalah Sidharta Gautama (563-486 sebelum Masehi), putra Raja Sudhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu.

Untuk mencari pencrahan hidup, Sidharta Gautama meninggalkan istana Kapilawastu menuju hutan di Bodh Gaya. Ia bertapa di bawah pohon (semacam pohon beringin) dan mendapatkan Bodhi, yaitu semacam penerangan atau kesadaran yang sempurna. Pohon itu kemudian dikenal sebagai Sang Buddha, yang artinya disinari. Peristia tersebut terjadi pada tahun 531 sebelum Masehi. Wejangan pertama Sidharta Gautama disampaikan di Taman Rusa di Sarnath, India bagian timur laut.

Dalam ajaran Buddha, manusia akan lahir berkali-kali (reinkarnasi). Hidup adalah samsara, menderita, dan tidak menyenangkan. Menurut ajaran Buddha, hidup menderita disebabkan adanya tresna atau cinta, yaitu cinta (hasrat/nafsu) akan kehidupan. Penderitaan dapat dihentikan, caranya dengan menindas tresna melalui delapan jalan (astawida), yaitu melaksanakan ajaran dengan benar, niat dan bersikap benar, berkata benar, bertingkah laku benar, hidup dengan benar, berusaha dengan benar, selalu memperhatikan, serta bermeditasi dengan benar.

Kitab Suci agama Buddha adalah Tri Pitaka. Tri itu bermakna tiga, dan pitaka itu bermakna bakul, tapi dimaksudkan adalah bakul hikmat. Hingga Tripitaka itu bermakna Tiga Himpunan Hikmat, yaitu;

  1. Sutta Pitaka, berisikan himpunan ajaran dan kotbah Buddha Gautama.Bagian terbesar berisi percakapan antara Buddha dengan muridnya.Didalamnya juga termasuk kitab-kitab tenyang pertekunan  (meditasi),dan peribadatan,himpunan kata-kata hikmat,himpunan sajak-sajak agamawi,kisah berbagai orang suci. Keseluruhan himpunan ini ditunjukkan bagi kalangan awam dalam agama Buddha.
  2. Vinaya Pitaka, berisikan Pattimokkha,yakni peraturan tata hidup setiap anggota biara-biara (sangha). Didalam himpunan itu termasuk Maha Vagga, berisikan sejarah pembangunan kebiaraan (ordo) dalam agama Buddha beserta hal-hal yang berkaitan dengan biara. Himpunan Vinaya-pitaka itu ditunjukkan bagi masyarakat Rahib yang dipanggilkan dengan Bikkhu dan Bikkhuni.
  3. Abidharma-pitaka, yang ditunjukkan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha, bermakna : dhamma lanjutan atau dhamma khusus. Berisikan berbagai himpunan yang mempunyai nilai-nilai tinggi bagi latihan ingatan,berisikan pembahasan mendalam tentang proses pemikiran dan proses kesadaran. Paling terkenal dalam himpunan itu ialah milinda-panha (dialog dengan raja Milinda) dan pula Visuddhi maga (jalan menuju kesucian).

Related Posts