7 situasi di mana aktivitas fisik dikontraindikasikan

Praktik aktivitas fisik direkomendasikan untuk semua usia, karena meningkatkan disposisi, mencegah penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup, namun, ada beberapa situasi di mana aktivitas fisik harus dilakukan dengan hati-hati atau bahkan tidak diindikasikan. .

Orang dengan masalah kardiovaskular atau yang telah menjalani prosedur pembedahan, misalnya, tidak boleh berolahraga tanpa izin dokter, karena mungkin ada komplikasi selama berolahraga yang dapat menyebabkan kematian, misalnya.

Oleh karena itu, sebelum memulai latihan aktivitas fisik, perlu dilakukan serangkaian tes untuk mengetahui apakah ada perubahan kardiovaskular, motorik atau sendi yang dapat mencegah atau membatasi performa latihan.

7 situasi di mana aktivitas fisik dikontraindikasikan_0

Kapan harus menghindari berolahraga

Beberapa situasi di mana latihan aktivitas fisik tidak dianjurkan atau harus dilakukan dengan hati-hati adalah:

1. Kardiopati

Orang yang menderita kardiopati, yaitu penyakit yang berhubungan dengan jantung, seperti hipertensi dan gagal jantung, misalnya, hanya boleh melakukan aktivitas fisik dengan izin ahli jantung dan didampingi oleh ahli pendidikan jasmani.

Pasalnya, usaha yang dilakukan saat berolahraga, meski tidak terlalu intens, bisa saja terjadi peningkatan detak jantung, yang bisa mengakibatkan serangan jantung atau stroke, misalnya.

Meskipun aktivitas fisik direkomendasikan dalam kasus ini dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup seseorang dan mengurangi gejala penyakit, penting bagi ahli jantung untuk menyarankan jenis latihan, frekuensi, dan intensitas terbaik yang harus dilakukan untuk menghindari komplikasi. .

2. Anak-anak dan orang tua

Praktik aktivitas fisik pada masa kanak-kanak sangat dianjurkan, karena selain memungkinkan perkembangan kardiorespirasi yang lebih baik, juga membuat anak berinteraksi dengan anak lain, terutama saat melakukan olahraga kolektif. Kontraindikasi praktik aktivitas fisik pada masa kanak-kanak menyangkut latihan yang melibatkan angkat berat atau intensitas tinggi, karena dapat mengganggu perkembangannya. Oleh karena itu, disarankan agar anak lebih banyak melakukan aktivitas fisik aerobik, seperti menari, sepak bola, atau judo, misalnya.

Dalam kasus lansia, praktik aktivitas fisik harus dipantau secara ketat oleh profesional terlatih, karena orang tua biasanya memiliki keterbatasan gerak, yang berarti latihan tertentu dikontraindikasikan. Lihat apa latihan terbaik untuk manula.

3. Preeklampsia

Pre-eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan perubahan sirkulasi darah, penurunan kemampuan pembekuan darah dan tekanan darah tinggi. Bila keadaan ini tidak ditangani dan dikendalikan, mungkin akan terjadi kelahiran prematur dan akibatnya pada bayi, misalnya.

Oleh karena itu, ibu hamil yang terdiagnosis pre-eklampsia dapat melakukan aktivitas fisik selama diizinkan oleh dokter kandungan dan didampingi oleh ahli pendidikan jasmani untuk menghindari munculnya komplikasi selama kehamilan. Ketahui cara mengenali gejala pre-eklampsia.

4. Setelah maraton

Setelah lari maraton atau kompetisi yang intens, penting untuk beristirahat untuk mengisi kembali energi dan massa otot yang hilang selama latihan, jika tidak maka akan ada kemungkinan cedera yang lebih besar. Maka dari itu, dianjurkan untuk beristirahat 3 hingga 4 hari setelah lari maraton, misalnya, agar aktivitas fisik dapat dilanjutkan kembali.

5. Flu dan pilek

Meskipun olahraga meningkatkan kekebalan, praktik aktivitas fisik yang intens saat Anda terserang flu, misalnya, tidak diindikasikan. Itu karena latihan olahraga yang intens dapat semakin memperburuk gejala dan menunda perbaikan.

Dengan demikian, saat Anda terserang flu atau pilek, hal terbaik yang harus dilakukan adalah istirahat dan kembali beraktivitas secara bertahap saat gejala sudah tidak ada lagi.

6. Setelah operasi

Melakukan aktivitas fisik setelah operasi hanya boleh dilakukan setelah persetujuan dokter dan, sebaiknya, di bawah pengawasan profesional terlatih. Hal ini karena setelah prosedur pembedahan, tubuh mengalami proses adaptasi yang dapat membuat seseorang merasa tidak enak saat melakukan aktivitas fisik.

Oleh karena itu, setelah operasi, disarankan untuk menunggu hingga sembuh total agar latihan dengan intensitas progresif dapat dilakukan.

Related Posts