Teori untuk Perkembangan Anak

TEORI PERKEMBANGAN ANAK

Serangkaian teori telah diuji dari waktu ke waktu untuk berkontribusi pada perkembangan anak. Hari ini, kita membahas beberapa pendekatan yang diterapkan oleh sekolah dan orang tua.

Teori Pematangan: Karya Arnold Gessell memajukan teori pematangan. Pematangan percaya bahwa perkembangan adalah proses biologis yang terjadi secara otomatis dalam tahapan yang dapat diprediksi dan berurutan dari waktu ke waktu. Perspektif ini membuat banyak pendidik dan keluarga berasumsi bahwa anak kecil akan memperoleh pengetahuan secara alami dan otomatis seiring dengan pertumbuhan fisik dan usia, asalkan mereka sehat. Kesiapan sekolah, menurut pematangan, adalah keadaan di mana semua anak muda yang sehat tiba ketika mereka dapat melakukan tugas-tugas seperti membaca alfabet dan berhitung: tugas-tugas ini diperlukan untuk mempelajari tugas-tugas yang lebih kompleks seperti membaca dan berhitung. Karena perkembangan dan kesiapan sekolah terjadi secara alami dan otomatis, pematangan percaya bahwa praktik terbaik bagi orang tua untuk mengajar anak-anak adalah membaca alfabet dan menghitung sambil bersabar dan menunggu anak-anak siap untuk taman kanak-kanak.

Jika seorang anak secara perkembangan belum siap untuk sekolah, pematangan mungkin menyarankan rujukan ke taman kanak-kanak transisi, retensi, atau menahan anak-anak dari sekolah selama satu tahun tambahan. Praktek-praktek ini kadang-kadang digunakan oleh sekolah, pendidik, dan orang tua ketika perkembangan anak tertinggal dari teman sebayanya. Kinerja anak yang kurang baik diinterpretasikan sebagai anak yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk tampil di tingkat teman sebayanya.

Teori Lingkungan: Ahli teori seperti John Watson, BF Skinner dan Albert Bandura memberikan kontribusi signifikan terhadap perspektif pembangunan lingkungan. Ahli lingkungan percaya bahwa lingkungan anak membentuk pembelajaran dan perilaku. Perilaku, perkembangan, dan pemahaman manusia dianggap sebagai reaksi terhadap lingkungan. Perspektif ini membuat banyak keluarga, sekolah, dan pendidik berasumsi bahwa anak kecil mengembangkan dan memperoleh pengetahuan baru dengan bereaksi terhadap lingkungan mereka. Kesiapan taman kanak-kanak, menurut pemerhati lingkungan, adalah usia atau tahap ketika anak-anak dapat merespons secara tepat lingkungan sekolah dan kelas (misalnya, peraturan dan regulasi, kegiatan kurikulum, perilaku positif dalam pengaturan kelompok, dan arahan serta instruksi dari guru. dan orang dewasa lainnya di sekolah). Kemampuan untuk menanggapi dengan tepat lingkungan ini diperlukan bagi anak-anak kecil untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar yang diprakarsai oleh guru. Keberhasilan tergantung pada anak yang mengikuti instruksi dari guru atau orang dewasa di kelas. Banyak pemerhati lingkungan mempengaruhi pendidik dan orang tua untuk percaya bahwa anak-anak kecil belajar paling baik dengan kegiatan menghafal, seperti membaca alfabet berulang kali, menyalin huruf, dan melacak nomor. Sudut pandang ini terbukti di ruang kelas taman kanak-kanak di mana anak-anak yang diharapkan duduk di meja yang diatur dalam barisan dan mendengarkan dengan penuh perhatian guru mereka. Di rumah, orang tua dapat memberikan anak-anak mereka buku kerja yang berisi kegiatan seperti mewarnai atau menjiplak huruf dan angka kegiatan yang memerlukan sedikit interaksi antara orang tua dan anak. Ketika anak-anak kecil tidak dapat merespon dengan tepat di kelas dan lingkungan sekolah, mereka sering dicap memiliki beberapa bentuk ketidakmampuan belajar. Mereka dilacak di ruang kelas dengan kurikulum yang dirancang untuk mengontrol perilaku dan tanggapan mereka.

Teori Konstruktivis: Jean Piaget, Maria Montessori, dan Lev Vygotsky memajukan perspektif konstruktivis tentang kesiapan dan perkembangan. Meskipun pekerjaan mereka sangat bervariasi, masing-masing mengartikulasikan konteks pembelajaran dan pengembangan yang serupa. Mereka konsisten dalam keyakinan mereka bahwa pembelajaran dan perkembangan terjadi ketika anak-anak kecil berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar mereka. Konstruktivis memandang anak kecil sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, konstruktivis percaya bahwa anak kecil memulai sebagian besar kegiatan yang diperlukan untuk belajar dan berkembang. Karena interaksi dinamis dengan lingkungan dan orang-orang diperlukan untuk pembelajaran dan perkembangan, konstruktivis percaya bahwa anak-anak siap untuk sekolah ketika mereka dapat memulai banyak interaksi mereka dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar mereka.

Penafian: Pandangan, pendapat, dan posisi (termasuk konten dalam bentuk apa pun) yang diungkapkan dalam posting ini adalah milik penulis sendiri. Keakuratan, kelengkapan, dan validitas pernyataan apa pun yang dibuat dalam artikel ini tidak dijamin. Kita tidak bertanggung jawab atas kesalahan, kelalaian, atau representasi apa pun. Tanggung jawab atas hak kekayaan intelektual dari konten ini ada pada penulis dan kewajiban apa pun sehubungan dengan pelanggaran hak kekayaan intelektual tetap berada di pundaknya.

Related Posts