Pentingnya Memelihara atau Melestarikan Tradisi Lisan

Terkadang ada anggapan bahwasannya melihat atau mengenang masa lalu adalah suatu kemunduran dalam hidup, namun beda halnya bila kita melihat masa lalu dari sisi kekayaan budaya kita. Apakah kita akan melenyapkan begitu saja kekayaan budaya masa lalu yang telah ada dan membiarkan tergerus arus zaman modern? Misalnya keberadaan Tradisi Lisan, tradisi ini merupakan kekayaan bangsa yang harus kita jaga dan dilestarikan. Berikut uraian tentang pentingnya memelihara Tradisi Lisan.

Pentingnya Memelihara atau Melestarikan Tradisi Lisan

Pentingnya melestarikan tradisi lisan, dan juga tradisi tulis sebagai kekayaan budaya (cultural heritage) kita kiranya dapat dilihat dalam perspektif ini. Selama berabad-abad, tradisi itu telah banyak merekam adat-istiadat, nilai-nilai, serta spirit dan nafas masyarakat leluhur kita. Tradisi itu juga terbentuk bersama alam dan menghasilkan berbagai “aturan main kehidupan“ yang terbukti telah mampu menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat sampai hari ini.

Hanya saja, kita harus duduk bersama untuk merumuskan apa dan bagaimana upaya pelestarian cultural heritage yang penting diprioritaskan? Menjaga agar “ritual” tradisi lisan tetap hidup di masyarakat mungkin sesuatu yang perlu dilakukan, merawat tumpukan naskah kuno yang sudah lapuk juga bisa jadi tidak boleh diabaikan. Tapi yang tidak kalah penting dari itu adalah bagaimana menjaga dan mewariskan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam cultural heritage itu. Mengeluarkan banyak biaya dan energi untuk sekedar “bernostalgia” dengan khazanah masa lalu kita tanpa berusaha keras mewarisi nilai-nilai yang terdapat di dalamnya saya kira tidak akan terlalu berguna.

Harus Dapat Memberikan Kontribusi

Salah satu anggapan yang seringkali dialamatkan kepada para pengkaji tradisi lisan dan tulis masa lalu adalah kegagalannya dalam menghubungkan nilai-nilai luhur atau kearifan lokal dalam tradisi itu dengan kebutuhan masyarakat modern masa kini.

Sebagai bangsa yang sejak awal terdiri dari beragam etnis, suku, dan agama misalnya, kita telah berulangkali mengalami konflik-konflik sosial, tindakan-tindakan kekerasan, baik yang bernuansa etnis maupun agama. Tapi dalam hal ini kita jarang sekali mendengar adanya upaya-upaya untuk mereview kembali akar-akar terjadinya konflik dalam masyarakat masa lalu yang sesungguhnya banyak terekam, baik dalam tradisi lisan maupun tradisi tertulis, dan kemudian bercermin untuk mencari solusi dari berbagai kearifan lokal yang pernah ada tersebut.

Mungkin masyarakat kita juga perlu disadarkan bahwa melestarikan cultural heritage tidak saja berarti akan memberikan “keuntungan” terhadap cultural property itu sendiri, melainkan lebih dari itu akan memberikan akibat terhadap stabilitas dan keberlangsungan kita sebagai masyarakat yang pernah menghasilkannya.

Ini memang perlu waktu dan menjadi tugas bersama. Upaya aktualisasi dan revitalisasi cultural heritage kita tidak cukup berhenti sampai pada tahap penelitian yang dilakukan oleh kalangan akademisi saja. Pemerintah, melalui departemen terkait, juga harus turun tangan melahirkan berbagai kebijakan yang mendukung pelaksanaannya di lapangan, misalnya dengan memasukkan materi “sadar budaya“ dalam kurikulum di sekolah-sekolah, karena jalur pendidikan adalah sarana yang paling efektif untuk mensosialisasikan sebuah gagasan.

Media pers, baik cetak maupun elektronik, pun dapat memegang peranan terdepan dalam mensuplai nilai-nilai luhur dalam tradisi kita, sehingga masyarakat tidak melulu dijejali dan dipaksa untuk mengikuti nilai-nilai baru yang tidak jarang berseberangan dengan tradisi serta nilai-nilai ketimuran kita.

Yang paling penting, semua upaya pelestarian dan pewarisan nilai-nilai tradisi itu harus ditempatkan dalam konteks memberikan kontribusi bagi perbaikan kondisi kehidupan masyarakat saat ini. Melalui tradisi tersebut, siapa tahu kita bisa “memungut“ kembali kearifan lokal serta nilai-nilai lama leluhur kita untuk menghilangkan ketidakpedulian, keangkuhan, sikap tidak empati dan tidak toleran, sikap tidak santun, sikap menyukai kekerasan, yang sepertinya sedang melekat dalam sebagian masyarakat kita

Related Posts