Bagaimana kehidupan masyarakat pra-kasara pada masa food producing?

Masyarakat pra-kasara yang berada dalam tahap food-producing, atau yang sering disebut sebagai masyarakat agraris atau pertanian, memiliki karakteristik utama di mana sumber utama kehidupan mereka adalah produksi pangan. Tahap ini melibatkan peralihan dari gaya hidup berburu dan meramu (hunter-gatherer) menuju produksi pangan dengan berkebun, bertani, dan menggembala ternak. Berikut adalah beberapa ciri dan aspek kehidupan masyarakat pra-kasara pada masa food-producing:

  1. Pertanian dan Peternakan:
    • Agriculture (Pertanian): Masyarakat ini mulai membudidayakan tanaman pertanian seperti gandum, jagung, atau beras. Pertanian menjadi aktivitas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan.
    • Peternakan: Selain pertanian, peternakan juga berkembang. Masyarakat mulai menggembala dan beternak hewan-hewan seperti sapi, domba, atau kambing.
  2. Permukiman Tetap:
    • Masyarakat pra-kasara food-producing umumnya memiliki permukiman tetap. Mereka membangun rumah atau tempat tinggal yang lebih permanen daripada tempat tinggal sementara masyarakat berburu dan meramu.
  3. Pergantian Musiman:
    • Pergantian musiman masih relevan, tetapi cenderung lebih terfokus pada siklus tanaman dan musim pertanian. Masyarakat ini mengalami pergantian musiman dalam hal penanaman dan panen.
  4. Pertukaran Barang dan Perdagangan Awal:
    • Adanya pertukaran barang dan perdagangan awal antara kelompok-kelompok masyarakat. Ini dapat mencakup pertukaran hasil pertanian, barang kerajinan, atau bahan-bahan lain yang diperlukan.
  5. Perkembangan Alat Pertanian:
    • Masyarakat ini mulai mengembangkan alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, atau sistem irigasi sederhana untuk meningkatkan efisiensi dalam proses pertanian.
  6. Organisasi Sosial:
    • Masyarakat agraris cenderung memiliki struktur sosial yang lebih kompleks daripada masyarakat berburu dan meramu. Mungkin ada pembagian tugas yang lebih jelas berdasarkan keahlian atau fungsi sosial.
  7. Peningkatan Kepadatan Penduduk:
    • Dengan adanya pertanian dan permukiman tetap, kepadatan penduduk dapat meningkat. Masyarakat ini bisa mendukung lebih banyak orang dibandingkan dengan masyarakat berburu dan meramu yang bersifat nomaden.
  8. Perkembangan Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan:
    • Perkembangan pertanian seringkali terkait dengan perkembangan sistem kepercayaan dan kebudayaan yang lebih kompleks. Mungkin ada pengembangan agama atau mitologi yang terkait dengan siklus pertanian.
  9. Peningkatan Pengetahuan tentang Pertanian:
    • Masyarakat ini mulai mengakumulasi pengetahuan tentang pertanian, termasuk pola tanam, pemeliharaan tanah, dan pemilihan tanaman yang tepat.

Peralihan ke masyarakat food-producing merupakan langkah penting dalam sejarah manusia, karena ini menciptakan dasar bagi peradaban yang lebih maju dan kompleks dalam hal ekonomi, sosial, dan budaya.

 

Post terkait

Related Posts